Cinta Tau di Mana Rumahnya
“Nada.”
Dari belakang terdengar suara seperti ada yang memanggil namaku. Aku
berhenti sejanak dan menebak-nebak siapa yang memanggilku, tiba-tiba ada seseorang yang mendekati ku, dia menjulurkan tangannya dan
berbicara kepadaku.
“Besok kita mau ujian , sebelumnya aku
minta maaf kalau ada salah sama kamu.”
Aku jabat tangannya sambil melongo.
“Aku juga minta maaf kalau aku punya
salah sama kamu.” Aku menjawat dengan nada terbata-bata.
Dia adalah Bagas teman satu kelas dulu
waktu kelas 7. Waktu kelas 7 kami selalu diledeki oleh teman-teman satu kelas
kalau kami pacaran. Padahal kami hanya sebatas teman. Sejak saat itu aku dan
Bagas agak menjaga jarak sampai kami kelas 9.
Aku heran kenapa mereka semua menganggap kami pacaran, mungkin kami
selalu bermain bersama.
Saat itu aku masih gak percaya kalau
Bagas menghampiriku dan mengajak aku bersalaman. Karena sejak kejadian kelas 7
tadi kami jarang saling menyapa. Sepanjang perjalanan pulang sekolah aku
memikirkan hal itu. Setelah sampai dirumah ponsel ku berbunyi, aku membuka
pesan dan ternata pesan itu dari nomer yang tidak aku kenali.
“Assalamualaikum
nada”. Isi pesan itu
“Waalaikumsalam,
maaf ini siapa ya?.” Jawabku
“Ini
aku Bagas.”
“Jangan
bercanda deh.”
“Beneran
ini aku Bagas.”
Aku masih gak percaya kalau itu SMS dari
bagas, karena aku sering dikerjain oleh temanku yang ngaku-ngaku sebagai Bagas.
“Kamu
beneran Bagas?”
“Iya
aku beneran Bagas.”
Akhirnya akupun percaya kalau di adalah
Bagas. Setelah itu kami jadi sering mengirim pesan singkat. Kami membahas
hal-hal yang perlu dibahas. Stelah sekian lama kami semakin dekat, tapi aku
menganggap dia sebagai kakakku, karena umur dia lebih tua satu satuh satu
minggu dariku, selain dia lebih tua, dia juga sering menasehati tentang banyak
hal. Akupun nyaman dengannya.
Hari itu adalah hari pengumuman
kelulusan. Kami semua kelas 9 dag dig dug menunggu hasilnya, begitu juga dengan
aku dan Bagas. Untuk mengurangi rasa deg-degan aku dan Bagas bercerita tentang
hal-hal lucu, hingga kami tak sadar kalau hasil pengumuman sudah keluar.
Awalnya aku tak berani melihat hasilnya tapi Bagas membujuk ku untuk melihat
hasilnya.
“Ayo kita lihat hasilny.” Ajak Bagas.
“Gak ah aku gak berani.” Jawabku
“Ayo gak apa-apa kita lihat bareng.”
“Kamu dulu aja yang lihat, setelah kamu
melihatnya nanti giliran aku yang lihat.”
“Baiklah kalau begitu.”
Bagas pun melihat hasilnya. Aku tetap
berada di tempatku semula dengan rasa jatung seperti mau copot. Tidak lama
Bagass kembali ketempatku.
“Bagaimana hasilnya.” Tanyaku dengan
nada penasaran.
“Aku...... aku lulus.” Jawab Bagas
dengan nada bahagia ditambah suaranya yang keras.
“Wah selamat ya.”
“Sekarang giliran kamu.”
Aku pun memberanikan diri dengan langkah
pelan namun pasti aku mendekati papan pengumuman. Aku melihat daftar
pengumuman, aku mencari namaku namun tidak ketemu. Aku terus mencari namaku dan
akhirnya ketemu dan hasilnya wow aku terkejut dengan hasilnya. Lalu aku kembali
ketempat semula.
“Bagai mana hasilnya Nad?.” Tanya Bagas
“Aku........ Aku gak lulus”. Jawabku
dengan nada rendah
“Gak usah bohong kamu, tadi aku lihat
hasilmu dan ternyata kamu lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.”
“Yah kamu udah tau gak seru deh
jadinya.”
“Kita udah lulus nih Nad, rencananya
kamu mau lanjutin kemana?”
“Rencananya aku sih mau daftar ke SMK.
Bagai mana dengan kamu Gas?”
“Aku juga ikut kamu deh.”
“Oke, besok kita daftar bareng ya”.
“Oke.”
Hari sudah menjelang malam. Waktu itu
aku tidak bisa tidur, aku memikirkan hal yang seharusnya tidak aku pukirkan
yaitu Bagas. Aku gak tau mengapa aku
memikirkan dia. Aku keluar dari kamarku dan melihat diatas langit. Aku melihat
diatas ada bintang yang bersinar. Bintang tidak akan bersinar kalau tidak ada
malam. Begitu juga aku, aku tidak mungkin memikirkan Bagas kalau tidak ada
sebebnya. Apa mungkin sebabnya karena aku suka. Tapi aku menganggap bagas itu
sebagai kakakku dan tidak lebih. Mungkikah perasaan itu kini telah berubah.
Entahlah aku tidak paham apa itu yang namanya cinta.
Malam telah berlalu, kini sang bulan pun
telah digantikan oleh matahari yang bersinar cukup terik hari ini. Hari ini aku
dan Bagas akan mencoba daftar ke SMK. Kami ketemuan disalah satu tempat yang
sering kami datangi. Tidak lama aku menunggu bagaspun telah tiba.
“Gimana berkas-berkasnya udah siap?.”
Tanya Bagas.
“Sudah dong. Kamu gimana?.”
“Aku juga sudah. Ayo kita berangkat
sekarang saja nanti telat loh.”
Kami pun langsung berangkat. Dan tidak
lama kami sudah sampai di SMK. Jarak SMK dari tempat kami semula tidak terlalu
jauh jadi kamipun tidak membutuhkan waktu lama untuk menuju ke SMK itu. Setelah
sampai di SMK kami harus antri dibarisan, ternyata sudah banyak orang yang
datang i di barisan yang kami pun harus ngantri cukup jauh. Setelah kami
menunggu antrian cukup lama yaitu kurang lebih 2 jam. Kamipun langsung masuk
keruangan untuk mengambil formulir. Di dalam ruangan itu terdapapat 4 formulir.
Dimana 4 formulir itu adalah formulir untuk jurusan yang berbeda. Aku dan Bagas
minat pada jurusan Teknologi Informasi Komunikasi tapi di dalam formulir itu
sudah habis. Aku dan Bagass bingung harus milih yang mana, dan akhirnya aku dan
Bagas memilih untuk tidak daftar di SMK itu. 2 jam menunggu sia-sia saja.
“Nunggunya lama gak jadi daftar.”
Omelanku.
“Gimana lagi, jurusan yang kita pingin
udah habis kuotanya.”
“Terus kita mau daftar dimana lagi
ini?.”
“Aku gak tau, aku sudah lelah, kita
pulang aja yuk.”
“Yaudah deh.”
Kami pun pulang kerumah masing-masing.
Dirumah aku berdiskusi dengan orang tuaku tentang masalah pendaftaran sekolah.
Orang tuaku menyarankan ku untuk sekolah di SMA. Aku memikirkan saran orang tua
ku itu.
“Plung plung.”
Suara ponselku berbunyi, aku membuka
ponselku dan ternyata itu pesan dari Bagas.
“Gimana
kamu udah mutusin mau daftar dimana.” Isi pesan itu.
“Orang
tuaku menyarankanku untuk daftar di SMA. Kalau kamu gimana.” Balesanku.
“Orang tuaku
juga menyarankanku daftar di STM. Tapi kamu gimana, setujungak dengan usul
mereka?.”
“Aku sih belum
mutusin.”
“yaudah daftar
di STM aja bareng aku”
“Tapikan aku
cewek”.
“Di STM juga
adaceweknya kali.”
“Gak tau la aku
pusing.”
“Yaudah kamu
tidur aja biar gak gak tambah pusing.”
Dipagi hari yang cerah aku telah
memutuskan untuk mendaftar di SMA. Aku percaya kalau pilihan orang tua yang
akan menuntunku menuju jalan sukses.
“Plung plung”
Ponselku berbunyi, aku menebak kalau itu
pasti pesan dari Bagas. Akupun membuka ponselku dan benar saja itu pesan dari
Bagas.
“Selamat
pagi Nada. Gimana tidurmu nyenyak.” Isi pesan itu.
“Lumayan
nyaman.” Jawab ku
“Gimana
udah mutusin mau daftra dimana?”
“Aku memutuskan
untuk daftar di SMA saja, karana aku yakin pilihan orang tua akan menuntunku
kearah jalan kesuksesanku.”
“Aku juga begitu
deh. Mau ikut saran orang tua. Rencananya kamu mau daftar kapan?.”
“Besok bareng
sama sepupuku.”
“Yaudah semangat
ya buat besok.”
‘Kamu endiri mau
daftar kapan.?”
“Besok bareng
temen-temenku yang mau daftar di STM.”
Setelah saat itu aku sedih karena sudah
tidak satu sekolah lagi sama Bags. Aku meras nyaman saat dekat dengan Bagas.
Aku takut disekolah barunya Bgas akan lupa dengan aku karena sudah menemukan
teman baru yang mungkin lebih asik dari ku.
Sejak kami beda sekolah Bagas sudah
jarang mengirimi pesan singkat untuk ku. Mungkin dugaanku benar disekolah
barunya Bagas sudah menemukan teman yang jauh asyik dariku. Akupun mencoba
menerima itu, dan aku mencoba asyik denga dunia baruku yaitu disekolah baru.
Disekolah Baru aku menemukan banyak teman. Teman yang selalu menemaniku disaat
aku sedang susah maupun senang. Mereka yaitu Dias, Rere, Indah, Yoko, Ardi, dan
Sisil. Mereka teman-teman yang baik. Tapi tetap saja Bagas yang selalu
mebuatkunyaman dan tidak bisa digantikan oleh siapa pun.
2 tahun berlalu.
Selama dua tahun itu Bagas sama sekali tidak mengirimi pesan singkat ke aku.
Saat aku membuka sosial media Facebook.
Tidak disangka ada pesan baru yang masuk. Aku membuka pesan itu. Aku terkejut
ketika melihat siapa yang mengirimi ku pesan itu, ia adalah Bagas.
“Hai Nad. Bagaimana kabarmu
sekarang?.” Isi pesan itu. Aku kaget membaca pesan itu. ternyata Bagas masih
ingat denganku.
“Hai Juga Bagas. Alhamdulillah.”
“Gimana sekolahmu sekarang?.”
“Asyik kok. Aku mendapatkan
teman-teman yang baik.”
“Syukurlah kalau begitu. Besok kita
ketemuan yuk, aku penasan gimana ya kamu sekarang.”
“Boleh
tuh, aku juga penasaran kemu sekarang gimana bentuknya :D . tapi aku yang dulu
masih sama kok kaya yang dulu.”
“Aku
gak percaya. Yaudah besok kita temuan ditempat seperti biasa yang dulu itu,
jamnya habis pulang sekolah aja, sekitar jam 3 an gimana? Sekalian aku mau
lihat kamu pakai seragam baru.”
“Okeh
deh kalau begitu.”
“Sampai
ketemu besok ya Nad.”
Aku tidak sabar
menunggu besok. Sejujurnya aku pengen banget ketemu sama Bgass dan banyak
banget yang mau aku sampaiin ke Bagas. Tapi apakah Bagas mau mendengar ceritaku
itu. aku memandangi langit-langit dikamarku sambil aku membayangkan apa saja
yang mau dikatan oleh bagas kepadaku. Tampa tersadari akupun tertidur.
“Kukuruyuk.....”
Suara ayam
membangunkan tidurku yang cukup lelap. Hari ini aku merasa dag dig dug, mungkin
karena nanti aku mau bertemu dengan Bagas. Aku tidak sabar bertemu dengan
Bagas. Disekolah rasanya ingin sekali jam berputar cepat api rasanya jam
berputar agak lambat dari hari-hari biasanya. Itu mungkin efek dari ketidak
sabaranku bertemu dengan Bagas.
Jam menunjukkan pukul
14.00 waktu setempat. Itu berarti menunjukkan waktunya pulang sekolah. Saat itu
aku langsung keluar dari sekolah dan tidak seperti biasanya. Biasanya aku
pulang paling lambat karena berbincang-bincang dulu dengan teman-temanku itu.
teman-temankupun heran dengan sikapku itu. karena biasanya aku yang menyuruh
mereka agar tidak pulag duluan. Tapi bagaimana lagi rasa tidak sabar ini
membuatku meninggalkan teman-temanku. Aku langsung menuju tempat yang telah
dijanjikan. Seteh sampai ditempat itu Bagas belum juga muncul. Apa mungkin
karena aku yang terlalu tidak sabar untuk berteu dia.
Jam menunjukkan
pukul 14.45 Bagas datang dari arah Barat. Aku tidak menadari kalau Bagass sudah
datang, itu karena aku sibuk membaca komik.
“Ehem..” Bagas
berdehem untuk menunjykkan kalau dia telah sampai.
Aku melihat
lelaki yang berada didepanku. Aku memandangi dari ujung kaki sampai ujung
rambut. Aku pangling dengan penampilan Bagas yang sekarang.
“Kenapa kamu
melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Kamu pangling ya aku tambah
ganteng.” Ujar Bagass dengan sangat Pdnya.
“Ih GR, aku
merasa kamu agak gemuk ya sekarang.” Jawabku bohong padahal bener yang
diucapkan Bagass kalau dia tambah ganteng.
“Sudah lama kamu
menungguku Nad.” Tanya Bagas.
“Gak kok Cuma 30
menit.” Jawabku.
“wah itu lama
banget. Kamu udah gak sabar ya bertemu denganku.”
“Ih apaan sih,
gak lah. Kebetulan tadi di sekolah pulangnya agak cepet.” Jawabku bohong.
“Aku keGR an ya?
Kamu tau gak kenapa aku mau ketemu dengan mu?.”
“Kamu pasti
kangen sama aku, iya kan.” Aku meledeknya.
“Kok kamu tau
sih. Kamu tau kenapa aku gak pernah menghubungi kamu selama ini?.”
“Karena kamu
udah menemukan teman yang lebih asyik dari aku?.”
“Kamu salah.
Sebenarnya kenapa aku gak perna menghubungu kamu, aku takut menganggu sekolahmu.”
“Kamu gak pernah
ganggu aku kok. Buktinya dulu waktu kita SMP kamu kan selalu sms aku siang dan
malah tapi nilai ku tetep bagus kok.”
“Sebenernya aku
ada yang mau disampaiin ke kamu, sebenernya udah lama banget aku ingin nyampein
ini ke kamu, tapi aku takut kamu marah.”
“Kamu mau
nyampain apa kok sampai aku harus marah.”
“Dari dulu
sebenernya aku suka sama kamu, aku baru berani nyampain ini sekarang sama kamu
setelh sekian lama aku memendamnya, aku tidak bisa berlama-lama lagi memendam
ini. Jadi bagaimana dengan kamu.”
“Haah apa? Aku?”
aku kaget mendengarnya sampai aku tidak bisa jawab apa-apa.
“Iya kamu
bagaiman?.”
“Aku...
sebenernya aku juga dari dulu suka sama kamu, tapi aku gak berani takutnya kamu
sudah punya gadis lain.”
“Beneran kamu
suka sama aku.” Tanya Bagas.
“I...Iya.”
jawabku malu-malu.
“Jadi sekarang
kita Jadian.”
“Hmmm...
mungkin.” Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku itu.
Setelah kejadian
tu Bagas selalu mengirimi pesan singkat untukku sekedar membuat ku semangat
bersekolah. Dan setelah itu juga motifasiku untuk belajar tambah giat karena
ada yang meberi semangat untuk ku. Aku harap hubunganku dan Bagas akan langgeng
sampai kepelaminan.
Komentar
Posting Komentar